Laporan Wartawan Tribunnews.com, Daniel Ngantung
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebuah negara laik
dikategorikan berhasil dalam pembangunan kesehatan bila negara itu mampu
memperpanjang usia harapan hidup (UHH) masyarakatnya. Hal ini berkaitan
dengan penanganan kesehatan pada masyarakat usia lanjut. Namun di
Indonesia sendiri, penangan usia lanjut rupanya belum mendapat perhatian
lebih, baik dari masyarakat maupun pemerintah."Ketika bicara soal usia lanjut banyak hal yang belum menjadi prioritas di Indonesia. Kita masih tertinggal dari negara lain pada layanan usia lanjut," ujar dr. Edy Rizal Wahyudi, SpPD., saat seminar media "Lansia dan Nyeri Pasca Herpes" yang digelar MSD Indonesia, Selasa (30/9/2014).
Bila dibandingkan dengan negara lain, Indonesia memiliki laju pertumbuhan penduduk berusia lanjut tertinggi di dunia. PBB memprediksi, peningkatannya dapat mencapai 414 persen hanya dalam waktu 35 tahun (1990 - 2025). Bila tidak diimbangi dengan pelayanan kesehatan memadai, penduduk usia lanjut terancam mengalami penyakit berat yang tentunya bakal membebani banyak pihak.
Dikatakan Edy, pasien usia lanjut memiliki karakteristik yang berbeda dari pasien umumnya sehingga membutuhkan penanganan khusus. Karkateristik itu mencakup multipatologi (mengidap berbagai macam penyakit), daya cadangan faali menurun sehingga mudah gagal pulih, gejala dan tanda penyakit klasik cenderung mudah berubah.
"Kekebalan tubuh pasien usia lanjut cenderung menurun seiring proses penuaan sehingga mudah terinfeksi berbagai macam virus. Yang harus diwaspadai adalah virus varicella-zoster, penyebab penyakit kulit herpes zoster," terang Edy.
Kelompok usia lanjut termasuk dalam kelompok yang paling berisiko mengalami herpes zoster, berikut komplikasinya yaitu Nyeri Pasca Herpes Zoster (NPH). Penyakit ini menyebabkan rasa nyeri yang hebat pada kulit, lebih nyeri daripada sakit melahirkan, dan menimbulkan ruam pada kulit. Secara keseluruhan, dampak herpes zoster pada kualitas hidup seseorang hampir setara dengan dampak dari penyakit jantung dan diabetes.
Produktivitas penderita terganggu, begitu pula kehidupan sosialnya. Tak jarang, penderita juga mengalami depresi berat karena rasa nyeri yang hebat dan tak kunjung sembuh.
Prevalensi NPH di 13 rumah sakit pendidikan di Indonesia sepanjang 2011-2013 menunjukkan 593 kasus dari total 2.232 kasus herpes zoster. Dari jumlah itu, 250 kasus dialami kelompok usia 45-64 tahun dan 140 kasus pada kelompok usia 65 tahun ke atas.
Salah satu pencegahan yang paling efektif adalah pemberian vaksin. Berkaitan dengan pelayanan kesehatan pada kaum lansia, jenis vaksinansi ini belum masuk dalam program vaksinasi pemerintah.
"Saat ini kami tengah gencar merekomendasikan program vaksin ini kepada pemerintah agar segera dimasukkan dalam programnya," ujar Dr. Suria Nataatmadja, Medical Affairs Director MSD Indonesia di kesempatan yang sama.
Vaksinasi sebagai penanganan herpes zoster sudah terbukti keefektifitasannya di negara lain. Mengutip sebuah data, Edy mengatakan, vaksinasi pada 1 juta penduduk Amerika usia 60 tahun ke atas berhasil menurunkan 11.685 perawatan di rumah sakit, 11.251 kunjungan ke unit gawat darurat, 359.581 kunjungan rawat jalan, dan 24.529 kasus NPH.
"Di samping itu, pemerintah juga menghemat biaya kesehatan dari 82 juta sampai 103 juta dolar AS," tambah Edy.
(sumber : yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar
Tinggal komentar anda jika Artikel di atas menarik...